Nama: M. Farhan Syakur
NPM: 25313914
Kelas: 2TB06
Kawasan atau Bangunan Binaan Ekologis
Pemanasan global yang
terjadi memberikan dampak yang besar terhadap lingkungan. Hal ini berimplikasi
pada meningkatnya suhu udara rata-rata di permukaan bumi. Meningkatnya efek
rumah kaca menyebabkan permukaan bumi semakin panas mencapai 60oF(35oC)
sehingga berdampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satu upaya
penting untuk menurunkan suhu bumi akibat negatif rumah kaca melalui
pengurangan pelepasan gas karbondioksida ke udara. Oleh karena itu, perlu
adanya konsep penanganan masalah ini secara berkelanjutan yang bermanfaat untuk
masa sekarang dan masa yang akan datang.
Arsitektur menjadi salah satu bidang ilmu yang dijustifikasi
ikut memberi andil bagi kerusakan lingkungan. Konsep sustainable
architecture menjadi salah satu upaya untuk memperbaiki kerusakan
lingkungan.
Sustainable architecture ditandai dengan upaya menggali kembali nilai-nilai kearifan
lokal. Arsitektur Nusantara di masa lalu menunjukkan kesetimbangan-keselarasannya
dengan lingkungan alam. Arsitektur yang demikian dapat hidup bersama-sama,
bahkan bersinergi dengan lingkungannya.
Dalam eko-arsitektur terdapat dasar-dasar pemikiran yang perlu diketahui, antara lain :
1. Holistik
Dasar eko-arsitektur yang berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai satu kesatuan yang lebih penting dari pada sekedar kumpulan bagian.
2. Memanfaatkan pengalaman manusia
Hal ini merupakan tradisi dalam membangun dan merupakan pengalaman lingkungan alam terhadap manusia.
3. Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis.
4. Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak.
Dengan mengetahui dasar-dasar eko-arsitektur di atas jelas sekali bahwa dalam perencanaan maupun pelaksanaan, eko-arsitektur tidak dapat disamakan dengan arsitektur masa kini.
pola perencanaan eko-arsitektur yang berorientasi pada alam secara holistik adalah sebagai berikut :
a. Penyesuaian pada lingkungan alam setempat.
b. Menghemat energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengirit penggunaan energi.
a. Memelihara sumber lingkungan (air, tanah, udara).
b. Memelihara dan memperbaiki peredaran alam dengan penggunaan material yang masih dapat digunakan di masa depan.
c. Mengurangi ketergantungan pada pusat sistem energi (listrik, air) dan limbah (air limbah, sampah).
Apa bila ekologi tidak diterapkan dalam dunia artsitektur
Salah satu aspek penting dalam disain arsitektur yang semakin hari semakin dirasakan penting adalah penataan energi dalam bangunan. Krisis sumber energi tak terbaharui mendorong arsitek untuk semakin peduli akan energi dengan cara beralih ke sumber energi terbaharui dalam merancang bangunan yang hemat energi. Konsep penekanan desain ekologi arsitektur didasari dengan maraknya issue global warming. Diharapkan dengan konsep perancangan yang berdasar pada keseimbangan alam ini, dapat mengurangi pemanasan global sehingga suhu bumi tetap terjaga. Kebanyakan arsitek hanya mementingkan desain pada bangunan itu sendiri dan tidak melihat disekeliling dampak pada lingkungan tersebut.
Apabila tidak diterapkan ekologi dalam arsitektur maka akan terjadi :
– Apabila bangunan terbuat dari kaca akan terjadi pemanasan global dan seharusnya di di perbanyak vegetasi pada bangunan dan lingkungan tersebut
– Apabila bangunan tersebut termasuk penghambat arah lajur perairan maka akan menghambat air-air bekas hujan sehingga mengakibatkan banjir.
Pengaruh buruk dari pekerjaan arsitek yang tidak memperdulikan lingkunagan
ambrolnya jalan RE martadinata tersebut merupakan contoh dari ketidak pedulian arsitek terhadap lingkungan sekitarnya, daerah yang seharusnya menjadi tempat hijau (tempat penanaman pohon bakau) dijadikan jalan raya.
Banjir kota Jakarta
Banjirnya kota jakarta merupakan akibat dari sitem pembangunan-pembangunan di jakarta yang tidak memikirkan lingkungan, hal tersebut marupakan akibat dari lingkungan yang seharunya merupakan daerah hijau di jadikan menjadi gedung-gedung dan pemakaian plester penuh pada stiap permukaan tanah di kota jakarta sehingga tidak adanya tempat lagi untuk resapan air.
ARSITEKTUR SADAR LINGKUNGAN
menurut Rudolf Doernach merupakan ‘bangunan hidup’ dan bukan dengan pembangunan teknis saja yang menantang kehidupan yang
menurut Rudolf Doernach adalah ‘bangunan mati’.
Atas dasar pengetahuan dasar –dasar ekologi, maka perhatian pada arsitektur sebagai
ilmu teknik dialihkan kepada arsitektur kemanusiaan yang memperhitungkan juga
keselarasan dengan alam.
1. Konsep Ekologis dalam Arsitektur
Konsep ekologis merupakan konsep penataan lingkungan dengan
memanfaatkan potensi atau sumberdaya alam dan penggunaan teknologi berdasarkan
manajemen etis yang ramah lingkungan. Pola perencanaan dan perancangan
Arsitektur Ekologis (Eko-Arsitektur) adalah sebagai berikut:
1.
Elemen-elemen arsitektur mampu seoptimal mungkin memberikan perlindungan
terhadap sinar panas, angin dan hujan.
2.
Intensitas energi yang terkandung dalam material yang digunakan saat
pembangunan harus seminimal mungkin, dengan cara-cara :
a. Perhatian pada iklim setempat.
b. Substitusi, minimalisasi dan optimasi sumber energi yang
tidak dapat diperbaharui.
c. Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan
menghemat energi.
d. Pembentukan siklus yang utuh antara penyediaan dan
pembuangan bahan bangunan, energi, atau limbah dihindari sejauh mungkin.
e. Penggunaan teknologi tepat guna yang manusiawi.
Menurut Yeang (2006), pendekatan ekologi dalam arsitektur
didefinisikan dengan Ecological design is bioclimatic design, design with
the climate of the locality, and low energy design. Dengan demikian terdapat
integrasi antara kondisi ekologi lokal, iklim mikro dan makro, kondisi tapak,
program bangunan atau kawasan, konsep, dan sistem yang tanggap terhadap iklim,
serta penggunaan energi yang rendah. Integrasi dapat dilakukan pada tiga
tingkatan:
1.
Integrasi fisik dan karakter fisik ekologi setempat (tanah, topografi, air
tanah, vegetasi, iklim, dsb).
2.
Integrasi sistem-sistem dengan proses alam (cara penggunaan air, pengolahan dan
pembuangan limbah cair, sistem pembuangan dari bangunan, pelepasan panas dari
bangunan, dsb.)
3.
Integrasi penggunaan sumber daya yang mencakup penggunaan sumber daya alam yang
berkelanjutan
Eko-arsitektur mengandung juga dimensi waktu, alam, sosio
kultural, ruang dan teknik bangunan. Eko-arsitektur bersifat kompleks, mengandung
bagian-bagian arsitektur biologis (kemanusiaan dan kesehatan), serta biologi
pembangunan. Oleh sebab itu eko-arsitektur bersifat holistik dan mengandung
semua bidang.
Arsitektur nusantara merupakan arsitektur yang hidup dalam
kebersamaan dengan lingkungan alam dan lingkungan sosialnya, serta dilandasi
oleh prinsip keTuhanan; bukan arsitektur yang bersifat individual.
2. Unsur
Arsitektural
unsur utama arsitektur selalu dikaitkan dengan aspek fungsi,
estetika, dan struktur. Ditinjau dari prinsip-prinsip desain ekologis, maka
beberapa indikator penting bagi konsep ekologis meliputi unsur-unsur:
1. Aspek struktur dan konstruksi
2. Aspek bahan bangunan
3. Aspek sumber-sumber energi dan pemanfaatannya bagi
kehidupan sehari-hari.
4. Aspek manajemen limbah (utilitas).
5. Aspek ruang, meliputi zonasi, tata ruang, dan fungsinya.
3. Perwujudan
Konsep Eko-Arsitektur
Salah satu perwujudan konsep eko-arsitektural adalah dengan
diadakannya Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Pada dasarnya Ruang Terbuka
dapat digunakan secara umum dan secara privat, yaitu pada lingkup masyarakat
umum maupun pada ruang lingkup suatu bangunan baik di dalam bangunan (internal void ) maupun di luar bangunan
(external void.).
Ruang terbuka pada umumnya
merupakan ruang yang terdapat di luar massa bangunan ataupun di tengah-tengah
bangunan secara terbuka, yang dapat dimanfaatkan oleh orang banyak dan memberi
kesempatan para pengguna untuk melakukan berbagai macam kegiatan (multifungsi),
seperti bersantai, berolahraga, berkumpul, mengadakan perlombaan, berekreasi,
upacara, dsb.
Selain dimanfaatkan sebagai
tempat untuk kegiatan manusia, Ruang Terbuka dapat digunakan untuk mengindahkan
suatu lingkungan maupun meletarikan lingkungan, yaitu dengan cara memanfaatkan
ruang terbuka tersebut untuk penghijauan, maupun dengan kombinasi pemanfaatan
ruang terbuka untuk sarana sosial dan penghijauan.
Secara umum ruang terbuka
publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan
ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari
ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi
oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung
manfaat ekologis, sosial-budaya dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat
ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya. Ruang terbuka non-hijau dapat
berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru
(RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang
diperuntukkan sebagai genangan retensi.
Secara fisik Ruang Terbuka
Hijau dapat dibedakan menjadi Ruang Terbuka Hijau alami yang berupa habitat
liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional, maupun Ruang Terbuka
Hijau non-alami atau binaan yang seperti taman, lapangan olah raga, dan kebun
bunga.
Ruang Terbuka Hijau
memiliki fungsi ekologis, sosial/budaya, arsitektural, dan ekonomi. Dari segi
ekologis Ruang Terbuka Hijau dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah
banjir, mengurangi polusi udara, dan menurunkan temperatur kota. Bentuk-bentuk
Ruang Terbuka Hijau perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk
hijau kota, hutan kota, taman botani, sempadan sungai dll. Secara sosial-budaya
keberadaan Ruang Terbuka Hijau dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi
sosial, sarana rekreasi. Bentuk Ruang Terbuka Hijau yang berfungsi
sosial-budaya antara lain taman-taman kota, lapangan olah raga, kebun raya,
dsb.
Secara arsitektural RTH
dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui keberadaan taman-taman
kota, kebun-kebun bunga, dan jalur-jalur hijau di jalan jalan kota. Sementara
itu RTH juga dapat memiliki fungsi ekonomi, baik secara langsung seperti
pengusahaan. Ruang di dalam dan di sekitar bangunan adalah dasar penilaian
suatu , seperti halnya ruang terbuka dalam arsitektur bangunan.
SUMBER
No comments:
Post a Comment