BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kota
Tua Jakarta, juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud Batavia), adalah
sebuah wilayah kecil di Jakarta,Indonesia. Wilayah khusus ini memiliki luas 1,3
kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat (Pinangsia, Taman
Sari dan Roa Malaka).
Saat
ini Jakarta merupakan Kota yang menyimpan banyak potensi-potensi di dalamnya
yang terjadi dari masa lampau. Salah satu harta yang masih dapat dirasakan olah
masyarakatnya hingga sekarang adalah arsitektur tuanya. Salah satu kawasan
sejarah yang sangat dilindungi adalah kawasan Kota Tua Jakarta. Diusianya yang
sudah tua sejak terbentuknya Kota Jakarta, kawasan Kota Tua memiliki nilai
historis yang tinggi, maka sudah sepatutnya warisan tersebut harus terus
dilindungi dan dipertahankan kelestariannya.
Upaya
konservasi terus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mencegah
hilangnya identitas serta meningkatkan pariwisata dan bisnis kawasan Kota Tua
Jakarta. Pembangunan yang masih terus berjalan tersebut masih memiliki
kekurangan diantaranya, image kota tua yang masih dinilai kurang menguntungkan
dilihat dari sisi bisnis skala besar, kurangnya fasilitas penunjang kawasan
yang berakibat kurang nyamannya area terbuka bagi pengunjung terlebih ketika
cuaca sangat terik, kondisi infrastruktur yang kurang mendukung, lalu lintas
yang tidak teratur, kualitas lingkungan yang masih rendah, serta area parkir
yang masih berantakan.Melihat kondisi Kota Tua yang masih banyak memiliki
permasalahan, maka perlu adanya upaya menyeluruh dari berbagai lapisan
masyarakat khususnya di Ibukota Jakarta untuk mewujudkan Kota Tua sebagai
kawasan pariwisata dan kawasan cagar budaya yang mendukung Kota Jakarta.
1.2.
Sejarah Kawasan Kota Tua
Kota Tua Jakarta
(Wikipedia.com)
Sejarah berdirinya kota Jakarta – Kota Tua
awalnya bermula dengan Jakarta yang masih berupa sebuah dermaga kecil di muara
Kali Ciliwung sekitar abad ke-16. Meski begitu, sebenarnya sejarah Jakarta
sudah dimulai jauh sebelumnya karena Jakarta dan area sekitarnya merupakan
tempat pemukiman warga selama berabad-abad tepatnya sejak abad ke-4 sebelum
masehi. Catatan sejarah yang paling awal ditemukan di Jakarta juga merupakan
prasasti paling tua dalam sejarah Indonesia. Area pantainya juga diakui sebagai
dermaga, dan dijadikan pemukiman umat Hindu pada abad itu sebagai bagian dari
kerajaan India Tarumanegara. Prasasti Tugu yang ditemukan di daerah Tugu
Jakarta Utara juga mengonfirmasi bahwa daerah yang kini merupakan bagian dari
Jakarta modern dulunya adalah tempat pemukiman warga.
Ketika Tarumanegara mulai kehilangan
kekuatan, daerah Jakarta jatuh ke tangan Kerajaan Sunda. Dermaga Sunda ini juga
dikenal sebagai sebuah dermaga yang strategis dan makmur, dipadukan lagi dengan
lada dari Sunda yang dikenal karena kualitasnya yang luar biasa. Orang-orang di
area tersebut semua bekerja di bidang agrikultur dan rumah mereka juga terbuat
dari tumpukan kayu. Salah satu pelabuhan yang ada di mulut sungai diberi nama
Sunda Kalapa/Sunda Kelapa, seperti yang tertulis dalam Hindu Bujangga Manik,
sebuah manuskrip dari lontar milik seorang biarawan dan salah satu sisa dari
literatur Sunda Kuno. Pelabuhan tersebut adalah milik Pakuan Pajajaran (yang
sekarang menjadi Bogor), ibu kota dari kerajaan Sunda. Pada abad ke-14 masehi,
pelabuhan ini menjadi pelabuhan dagang yang penting bagi pihak kerajaan. Pada
abad ke-16, penjelajah dari Eropa juga sering menyebut sebuah kota yang
dipanggil Kalapa, sebuah pelabuhan utama dari kerajaan Hindu Sunda. Pihak
Portugis kemudian menyimpam Luso Sundanese padrao, sebuah perjanjian politik
dan ekonomi dengan kerajaan Sunda, dan Portugis mulai membuat tempat tinggal
mereka sendiri di Jawa.
Peta Batavia 1627
Demi mencegah Portugis memiliki kekuatan di
Jawa, Fatahillah dikirim oleh kerajaan Demak untuk menyerang mereka di Sunda
Kelapa pada tahun 1527, dan penyerang tersebut sukses, membuat Sunda Kelapa jatuh
ke tangan Demak dan berubah namanya menjadi Jayakarta. Sejarah berdirinya kota Jakarta – Kota Tua kemudian memasuki babak baru ketika ia
menjadi bagian dari Kesultanan Banten yang ada di bagian barat Jayakarta. Pada
masa ini, banyak saudagar dari Amsterdam yang melakukan ekspedisi menuju
kepulauan east Indie yang ada di bawah komando Cornelis de Houtman. Ekspedisi
ini tiba di Bantam (sekarang menjadi Banten) dan Jayakarta pada tahun 1596
dengan niatan awal bertukar rempah-rempah, sama seperti bangsa Portugis. Pada
tahun 1602, pelayaran Inggris yang dikomandani oleh Sir James Lancaster tiba di
Aceh dan berlayar ke Bantam, dimana ia kemudian diperbolehkan untuk membangun
pos perdagangan sebagai pusat jual-beli Inggris di Indonesia pada tahun 1682.
Pada tahun 1610, saudagar Belanda mulai
diperbolehkan untuk membangun gudang yang ada di seberang rumah Pangeran Jayawikarta.
Sayangnya, pada tahun 1618 hubungan yang kurang baik antara Jayawikarta dan
Belanda mulai memburuk, dan pasukan Jayawikarta mulai menyerang benteng Belanda
yang melindungi 2 gudang bernama Nassau dan Mauritius. Pada tanggal 30 Mei
1619, Jan Pieterszoon Coen mulai memimpin pasukan Belanda untuk membakar kota
Jayakarta, yang berhasil dilakukan hanya menyisakan Padrao Sunda Kelapa. Hal
ini baru diketahui ketika dilakukan penggalian di daerah Kota.
Lukisan Balai Kota Batavia
Kota Jakarta mulai terbentuk ketika
Batavia mulai melebar menuju bagian barat dari Ciliwung, di atas reruntuhan
Jayakarta. Kota ini didesain dengan gaya Belanda-Eropa, lengkap dengan benteng
yang diberi nama Kasteel Batavia, dinding kota, dan kanal-kanal. Kota Batavia
yang baru ini selesai dibangun pada tahun 1650 dan menjadi ibukota dari VOC di
daerah East Indies. Kanal-kanal yang dibuat perlahan mulai terisi penuh karena
penyakit tropis yang ada di bagian dalam dinding kota karena sistem sanitasi
yang luar biasa buruk. Kota ini akhirnya mulai kembali melebar pada tahun 1870
didorong dengan banyaknya orang yang ingin pindah dari area Kota, menuju area
Weltevreden (sekarang Lapangan Merdeka).
Kanal-kanal yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda
Jakarta akhirnya mulai berkembang dengan
selesainya pendudukan Jepang, dan pada tahun 1972, Gubernur Jakarta pada masa
itu yang bernama Ali Sadikin mengeluarkan perintah untuk secara resmi
menjadikan daerah Kota Tua sebagai situs warisan sejarah Indonesia, agar paling
tidak bisa melindungi bangunan yang tersisa di sana. Beberapa saat belakangan
ini juga mulai aktif lagi beberapa badan sosial yang berencana merevitalisasi
daerah-daerah Kota Tua, sehingga dapat menjadi daerah sejarah yang baik
Daftar Pustaka
http://www.portalsejarah.com/sejarah-berdirinya-kota-jakarta-kota-tua.html
https://finifio.wordpress.com/2016/06/04/apa-itu-konservasi-arsitektur/
http://bataviadigital.perpusnas.go.id/foto/?box=detail&id_record=52
https://wikimelo.wordpress.com/2016/08/04/pengertian-konservasi-arsitektur/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tua_Jakarta
No comments:
Post a Comment