Wednesday, 28 September 2016

Kritik Arsitektur : Kritik Penafsiran

Kritik Arsitektur


Kritik merupakan rekaman dari tanggapan terhadap lingkungan buatan (built environment). Kritik meliputi semua tanggapan termasuk tanggapan negatif dan pada hakekatnya kritik bermaksud menyaring dan melakukan pemisahan. Ciri pokok kritik adalah pembedaan dan bukan penilaian (misalnya : reaksi penduduk terhadap rancangan pemukiman dilakukan dengan metode penyampaian tanggapan).

Metode kritik arsitektur terdiri dari :
  • Kritik Normatif; kritik ini berdasarkan pada pedoman baku normatif.
  •  Kritik Penafsiran atau Kritik Interpretif; kritik ini merupakan penafsiran dan bersifat pribadi.
  • Kritik Deskriptif; bersifat tidak menilai, tidak menafsirkan, semata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya ada, menjelaskan proses terjadinya perancangan bangunan.
Pada kesempatan kali ini saya hanya akan membahas salah satu metode dari kritik arsitektur, yaitu Kritik Interpretif atau bisa disebut Kritik Penafsiran pada bangunan Museum Serangga yang berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah.

Kritik Penafsiran

Hakikat Metode Kritik Penafsiran
  • Kritikus sebagai seorang interpreter atau pengamat yang sangat personal
  • Bentuk kritik cenderung subjektif namun tanpa ditunggangi oleh klaim doktin, 
  • klaim objektifitas melalui pengukuran yang terevaluasi
  • Mempengaruhi pandangan orang lain untuk bisa memandang sebagaimana yang kita lihat
  • Menyajikan satu perspektif baru atas satu objek atau satu cara baru memandang bangunan 
  • Melalui rasa artistiknya mempengaruhi pengamat merasakan sama sebagaimana yang ia alami
  • Membangun satu karya “bayangan” yang independen melalui bangunan sebagaimana miliknya
Di dalam metode kritik penafsiran ada 3 teknik yang digunakan yaitu :
     - Advocatory : Kritik ini tidak diposisikan sebagai bentuk penghakiman (judgement).
                           bentuk kritiknya lebih lebih kepada sekadar anjuran yang mencoba bekerja
                           dengan penjelasan lebih terperinci yang kadangkala juga banyak hal yang
                           terlupakan 

     - Evocative :   Kritik evokatif tidak dilihat dalam konteks benar atau salah tetapi makna yang
                           terungkap dan penglaman ruang yang dirasakan,  tidak perlu menyajikan
                           argumentasi rasional dalam menilai bangunan, Mendorong orang lain untuk turut
                           membangkitkan emosi yang serupa sebagaimana dirasakan kritikus.

     - Impressionistic

Metode Kritik Penafsiran

Objek : Museum Serangga
Lokasi : Taman Mini Indonesia Indah

Museum Serangga di Taman Mini "Indonesia Indah" memiliki luas gedung 500 m2. Peresmian dan
pembukaannya dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, yaitu Bapak Soeharto dalam 

rangka Hari Ulang Tahun ke-18 Taman Mini Indonesia Indah, tanggal 20 April 1993. Saat baru 
memasuki area museum, pengunjung akan disambut oleh gerbang Museum Serangga dan 
Taman Kupu yang bertengger baliho kupu-kupu sayap burung. Di depan pintu museum duduk 
patung kumbang tanduk raksasa dan sepasang daun pintu kacapatri bermotif kupu-kupu.




   Gambar 1. Gambar Patung Kumbang Tanduk Raksasa





   Gambar 2. Gambar Pintu Masuk Taman Kupu - Kupu





   Gambar 3. Gambar Pintu MasukBangunan yang Terbuat dari 

                      Kaca Patri yangBermotif Kupu - Kupu


Untuk ukuran sebuah museum, museum serangga di TMII ini memiliki ukuran yang kecil. tetapi
museum ini memiliki koleksi yang baik bagus dan terawat. Ruang pameran yang bersih, 
pencahayaan yang cukup baik, dan memiliki pendingin ruangan (meskipun pada saat saya
 berkunjung, hanya beberapa ruangan saja yang terasa sangat dingin). Permasalahannya
adalah tiket untuk mengunjungi museum serangga dengan museumair tawar dijadikan satu
sehingga cukup menjadikannya museum dengan tarif masuk yang agak sedikit mahal. 
  

  Gambar 4. Gambar Kumpulan Berbagai Jenis Serangga dari Nusantara 
   Gambar 5. Gambar Peta Kupu - Kupu Di Indonesia

Koleksi museum terdiri sekitar 600 jenis serangga, didominasi oleh kupu-kupu (sekitar 250 jenis) 

dan kumbang (sekitar 200 jenis). Koleksi lain mencakup belalang ranting dan belalang daun, 
capung dancapung jarum, jangkrik dan gangsir, kecoak, ngengat, orong-orong/anjing tanah,
kerabat tonggeret. Selain spesimen serangga awetan kering, museum menampilkan
koleksi serangga hidup yaitu belalang ranting dan belalang daun. Seluruh koleksi
dipamerkan dalam kotak kaca. Dengan pencahayaan dan penataan yang cukup baik.





   Gambar 6. Gambar Beberapa Koleksi Museum Serangga









   Gambar 7. Gambar Beberapa Pencahayaan yang Dimiliki Museum Serangga 



Secara keseluruhan museum ini memang cukup terawat dan bagus, hanya saja dalam penataan tata 
ruang ataupun interior dan keseluruhan bentuk bangunan terlihat monoton.


Sumber:
http://timoteomridhwan.blogspot.co.id/2015/11/kritik-arsitektur_15.html
http://riza300394.blogspot.co.id/2015/11/kritik-arsitektur.html
http://nuwlanuwla.blogspot.co.id/2013/02/kritik-rekaman-dari-tanggapan-terhadap.html

Kritik Arsitektur : Kritik Penafsiran

Kritik Arsitektur


Kritik merupakan rekaman dari tanggapan terhadap lingkungan buatan (built environment). Kritik meliputi semua tanggapan termasuk tanggapan negatif dan pada hakekatnya kritik bermaksud menyaring dan melakukan pemisahan. Ciri pokok kritik adalah pembedaan dan bukan penilaian (misalnya : reaksi penduduk terhadap rancangan pemukiman dilakukan dengan metode penyampaian tanggapan).

Metode kritik arsitektur terdiri dari :
  • Kritik Normatif; kritik ini berdasarkan pada pedoman baku normatif.
  •  Kritik Penafsiran atau Kritik Interpretif; kritik ini merupakan penafsiran dan bersifat pribadi.
  • Kritik Deskriptif; bersifat tidak menilai, tidak menafsirkan, semata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya ada, menjelaskan proses terjadinya perancangan bangunan.
Pada kesempatan kali ini saya hanya akan membahas salah satu metode dari kritik arsitektur, yaitu Kritik Interpretif atau bisa disebut Kritik Penafsiran pada bangunan Museum Serangga yang berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah.

Kritik Penafsiran

Hakikat Metode Kritik Penafsiran
  • Kritikus sebagai seorang interpreter atau pengamat yang sangat personal
  • Bentuk kritik cenderung subjektif namun tanpa ditunggangi oleh klaim doktin, 
  • klaim objektifitas melalui pengukuran yang terevaluasi
  • Mempengaruhi pandangan orang lain untuk bisa memandang sebagaimana yang kita lihat
  • Menyajikan satu perspektif baru atas satu objek atau satu cara baru memandang bangunan 
  • Melalui rasa artistiknya mempengaruhi pengamat merasakan sama sebagaimana yang ia alami
  • Membangun satu karya “bayangan” yang independen melalui bangunan sebagaimana miliknya
Di dalam metode kritik penafsiran ada 3 teknik yang digunakan yaitu :
     - Advocatory : Kritik ini tidak diposisikan sebagai bentuk penghakiman (judgement).
                           bentuk kritiknya lebih lebih kepada sekadar anjuran yang mencoba bekerja
                           dengan penjelasan lebih terperinci yang kadangkala juga banyak hal yang
                           terlupakan 

     - Evocative :   Kritik evokatif tidak dilihat dalam konteks benar atau salah tetapi makna yang
                           terungkap dan penglaman ruang yang dirasakan,  tidak perlu menyajikan
                           argumentasi rasional dalam menilai bangunan, Mendorong orang lain untuk turut
                           membangkitkan emosi yang serupa sebagaimana dirasakan kritikus.

     - Impressionistic

Metode Kritik Penafsiran

Objek : Museum Serangga
Lokasi : Taman Mini Indonesia Indah

Museum Serangga di Taman Mini "Indonesia Indah" memiliki luas gedung 500 m2. Peresmian dan
pembukaannya dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, yaitu Bapak Soeharto dalam 

rangka Hari Ulang Tahun ke-18 Taman Mini Indonesia Indah, tanggal 20 April 1993. Saat baru 
memasuki area museum, pengunjung akan disambut oleh gerbang Museum Serangga dan 
Taman Kupu yang bertengger baliho kupu-kupu sayap burung. Di depan pintu museum duduk 
patung kumbang tanduk raksasa dan sepasang daun pintu kacapatri bermotif kupu-kupu.




   Gambar 1. Gambar Patung Kumbang Tanduk Raksasa





   Gambar 2. Gambar Pintu Masuk Taman Kupu - Kupu





   Gambar 3. Gambar Pintu MasukBangunan yang Terbuat dari 

                      Kaca Patri yangBermotif Kupu - Kupu

Untuk ukuran sebuah museum, museum serangga di TMII ini memiliki ukuran yang kecil. tetapi
museum ini memiliki koleksi yang baik bagus dan terawat. Ruang pameran yang bersih, 
pencahayaan yang cukup baik, dan memiliki pendingin ruangan (meskipun pada saat saya
 berkunjung, hanya beberapa ruangan saja yang terasa sangat dingin). Permasalahannya
adalah tiket untuk mengunjungi museum serangga dengan museumair tawar dijadikan satu
sehingga cukup menjadikannya museum dengan tarif masuk yang agak sedikit mahal. 
  

  Gambar 4. Gambar Kumpulan Berbagai Jenis Serangga dari Nusantara 
   Gambar 5. Gambar Peta Kupu - Kupu Di Indonesia

Koleksi museum terdiri sekitar 600 jenis serangga, didominasi oleh kupu-kupu (sekitar 250 jenis) 

dan kumbang (sekitar 200 jenis). Koleksi lain mencakup belalang ranting dan belalang daun, 
capung dancapung jarum, jangkrik dan gangsir, kecoak, ngengat, orong-orong/anjing tanah,
kerabat tonggeret. Selain spesimen serangga awetan kering, museum menampilkan
koleksi serangga hidup yaitu belalang ranting dan belalang daun. Seluruh koleksi
dipamerkan dalam kotak kaca. Dengan pencahayaan dan penataan yang cukup baik.





   Gambar 6. Gambar Beberapa Koleksi Museum Serangga









   Gambar 7. Gambar Beberapa Pencahayaan yang Dimiliki Museum Serangga 



Secara keseluruhan museum ini memang cukup terawat dan bagus, hanya saja dalam penataan tata ruang ataupun
interior dan keseluruhan bentuk bangunan terlihat monoton.


Sumber:
http://timoteomridhwan.blogspot.co.id/2015/11/kritik-arsitektur_15.html
http://riza300394.blogspot.co.id/2015/11/kritik-arsitektur.html
http://nuwlanuwla.blogspot.co.id/2013/02/kritik-rekaman-dari-tanggapan-terhadap.html