Wednesday, 9 November 2016

Kritik Arsitektur : Museum Fatahillah, Kota Tua, Jakarta

Sejarah



Museum Fatahillah

Pada tahun 1937, Yayasan Oud Batavia mengajukan rencana untuk mendirikan sebuah museum mengenai sejarah Batavia, yayasan tersebut kemudian membeli gudang perusahaan Geo Wehry & Co yang terletak di sebelah timur Kali Besar tepatnya di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 (kini museum Wayang) dan membangunnya kembali sebagai Museum Oud Batavia. Museum Batavia Lama ini dibuka untuk umum pada tahun 1939.
Pada masa kemerdekaan museum ini berubah menjadi Museum Djakarta Lama di bawah naungan LKI (Lembaga Kebudayaan Indonesia) dan selanjutnya pada tahun 1968 ‘’Museum Djakarta Lama'’ diserahkan kepada PEMDA DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, Ali Sadikin, kemudian meresmikan gedung ini menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Untuk meningkatkan kinerja dan penampilannya, Museum Sejarah Jakarta sejak tahun 1999 bertekad menjadikan museum ini bukan sekadar tempat untuk merawat, memamerkan benda yang berasal dari periode Batavia, tetapi juga harus bisa menjadi tempat bagi semua orang baik bangsa Indonesia maupun asing, anak-anak, orang dewasa bahkan bagi penyandang cacat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat dinikmati sebagai tempat rekreasi. Untuk itu Museum Sejarah Jakarta berusaha menyediakan informasi mengenai perjalanan panjang sejarah kota Jakarta, sejak masa prasejarah hingga masa kini dalam bentuk yang lebih rekreatif. Selain itu, melalui tata pamernya Museum Sejarah Jakarta berusaha menggambarkan “Jakarta Sebagai Pusat Pertemuan Budaya” dari berbagai kelompok suku baik dari dalam maupun dari luar Indonesia dan sejarah kota Jakarta seutuhnya. Museum Sejarah Jakarta juga selalu berusaha menyelenggarakan kegiatan yang rekreatif sehingga dapat merangsang pengunjung untuk tertarik kepada Jakarta dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya warisan budaya.

Sejarah Gedung


Museum Fatahillah Tempo Doeloe

Gedung Museum Sejarah Jakarta mulai dibangun pada tahun 1620 oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen sebagai gedung balai kota kedua pada tahun 1626 (balai kota pertama dibangun pada tahun 1620 di dekat Kalibesar Timur). Menurut catatan sejarah, gedung ini hanya bertingkat satu dan pembangunan tingkat kedua dilakukan kemudian. Tahun 1648 kondisi gedung sangat buruk. Tanah Jakarta yang sangat labil dan beratnya gedung menyebabkan bangunan ini turun dari permukaan tanah. Solusi mudah yang dilakukan oleh pemerintah Belanda adalah tidak mengubah pondasi yang sudah ada, tetapi menaikkan lantai sekitar 2 kaki (56 cm). Menurut suatu laporan 5 buah sel yang berada di bawah gedung dibangun pada tahun 1649. Tahun 1665 gedung utama diperlebar dengan menambah masing-masing satu ruangan di bagian Barat dan Timur. Setelah itu beberapa perbaikan dan perubahan di gedung stadhuis dan penjara-penjaranya terus dilakukan hingga menjadi bentuk yang kita lihat sekarang ini.

Ruang Pengadilan

Selain digunakan sebagai stadhuis, gedung ini juga digunakan sebagai ‘’Raad van Justitie'’ (dewan pengadilan). Pada tahun 1925-1942 setelah aktivitas Balai Kota dipindahkan ke Koningsplein Zuid (Sekarang Jl. Medan Merdeka No. 8-9, Jakarta Pusat), gedung ini dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pada tahun 1942-1945 dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Tahun 1952 gedung ini menjadi markas Komando Militer Kota (KMK) I, lalu diubah kembali menjadi KODIM 0503 Jakarta Barat. Tahun 1968, gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta, lalu diresmikan menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Seperti umumnya di Eropa, gedung balaikota dilengkapi dengan lapangan yang dinamakan ‘’stadhuisplein'’. Menurut sebuah lukisan uang dibuat oleh pegawai VOC ‘'’Johannes Rach”’ yang berasal dari ‘'’Denmark”’, di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah air mancur yang merupakan satu-satunya sumber air bagi masyarakat setempat. Air itu berasal dari Pancoran Glodok yang dihubungkan dengan pipa menuju stadhuiplein. Pada tahun 1972, diadakan penggalian terhadap lapangan tersebut dan ditemukan pondasi air mancur lengkap dengan pipa-pipanya. Maka dengan bukti sejarah itu dapat dibangun kembali sesuai gambar Johannes Rach, lalu terciptalah air mancur di tengah Taman Fatahillah. Pada tahun 1973 Pemda DKI Jakarta memfungsikan kembali taman tersebut dengan memberi nama baru yaitu ‘'’Taman Fatahillah”’ untuk mengenang panglima Fatahillah pendiri kota Jakarta.
Penjelasan Kritik Arsitektur :
  •      Kritik : adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan.
  •     Arsitektur : adalah seni yang dilakukan oleh setiap individual untuk berimajinasikan diri mereka dan ilmu dalam merancang bangunan Arsitektur bangunannya bergaya abad ke-17 bergaya neoklasik dengan tiga lantai dengan cat kuning tanah, kusen pintu dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua. Bagian atap utama memiliki penunjuk arah mata angin. Museum ini memiliki luas lebih dari 1.300 meter persegi. Pekarangan dengan susunan konblok, dan sebuah kolam dihiasi beberapa pohon tua.
  •     Konservasi (conservation) : bangunan warisan merupakan istilah umum merujuk kepada akitiviti pemuliharaan ke atas bangunan, monumen dan tapak yang merangkumi beberapa aktiviti lain seperti proses pemeliharaan (preservation), pemugaran (restoration), pembaikpulihan (repair and rehabilitation), pembinaan semula (reconstruction) dan penyesuaian guna (adaptively reuse) atau mana-mana gabungan antaranya. Ia juga disebut “pemuliharaan” yang menggabungkan tindakan pemulihan dan pemeliharaan.

Penjelasan Metode Deskriptif :
  •      Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji.
  •      Kritik Deskriptif ciri-ciri kritik deskriptif, tidak menilai,tidak menafsirkan namun yang terpenting menggambarkan sesuatu yang ada, tanpa ada tambahan-tambahan yang mengaburkan.

Kritik saya :
  • Arsitektur bangunannya bergaya abad ke-17 bergaya neoklasik dengan tiga lantai dengan cat kuning tanah, kusen pintu dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua. Bagian atap utama memiliki penunjuk arah mata angin.
  • Museum ini memiliki luas lebih dari 1.300 meter persegi. Pekarangan dengan susunan konblok, dan sebuah kolam dihiasi beberapa pohon tua.
  • Melihat dari bangunan Museum Fatahillah, Jakarta masih sangat kental dengan penginggalan kebudayaan masa kolonial Belanda yang pernah menjajah Bangsa Indonesia.
  • Dimana zaman dahulu Bangsa Kolonial Belanda mendirikan benteng-benteng pertahanan dan Pemerintahannya di Indonesia untuk menguasai negeri ini.

Sumber :
https://www.facebook.com/notes/wisata-kota-tua-jakarta/sejarah-perkembangan-kota-tua-jakarta/162059553809933/

   http://satupedang.blogspot.co.id/2015/02/sejarah-gedung-museum-fatahillah.html

http://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/museum-fatahillah-belajar-sejarah-jakarta-di-pusat-batavia-lama

Wednesday, 28 September 2016

Kritik Arsitektur : Kritik Penafsiran

Kritik Arsitektur


Kritik merupakan rekaman dari tanggapan terhadap lingkungan buatan (built environment). Kritik meliputi semua tanggapan termasuk tanggapan negatif dan pada hakekatnya kritik bermaksud menyaring dan melakukan pemisahan. Ciri pokok kritik adalah pembedaan dan bukan penilaian (misalnya : reaksi penduduk terhadap rancangan pemukiman dilakukan dengan metode penyampaian tanggapan).

Metode kritik arsitektur terdiri dari :
  • Kritik Normatif; kritik ini berdasarkan pada pedoman baku normatif.
  •  Kritik Penafsiran atau Kritik Interpretif; kritik ini merupakan penafsiran dan bersifat pribadi.
  • Kritik Deskriptif; bersifat tidak menilai, tidak menafsirkan, semata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya ada, menjelaskan proses terjadinya perancangan bangunan.
Pada kesempatan kali ini saya hanya akan membahas salah satu metode dari kritik arsitektur, yaitu Kritik Interpretif atau bisa disebut Kritik Penafsiran pada bangunan Museum Serangga yang berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah.

Kritik Penafsiran

Hakikat Metode Kritik Penafsiran
  • Kritikus sebagai seorang interpreter atau pengamat yang sangat personal
  • Bentuk kritik cenderung subjektif namun tanpa ditunggangi oleh klaim doktin, 
  • klaim objektifitas melalui pengukuran yang terevaluasi
  • Mempengaruhi pandangan orang lain untuk bisa memandang sebagaimana yang kita lihat
  • Menyajikan satu perspektif baru atas satu objek atau satu cara baru memandang bangunan 
  • Melalui rasa artistiknya mempengaruhi pengamat merasakan sama sebagaimana yang ia alami
  • Membangun satu karya “bayangan” yang independen melalui bangunan sebagaimana miliknya
Di dalam metode kritik penafsiran ada 3 teknik yang digunakan yaitu :
     - Advocatory : Kritik ini tidak diposisikan sebagai bentuk penghakiman (judgement).
                           bentuk kritiknya lebih lebih kepada sekadar anjuran yang mencoba bekerja
                           dengan penjelasan lebih terperinci yang kadangkala juga banyak hal yang
                           terlupakan 

     - Evocative :   Kritik evokatif tidak dilihat dalam konteks benar atau salah tetapi makna yang
                           terungkap dan penglaman ruang yang dirasakan,  tidak perlu menyajikan
                           argumentasi rasional dalam menilai bangunan, Mendorong orang lain untuk turut
                           membangkitkan emosi yang serupa sebagaimana dirasakan kritikus.

     - Impressionistic

Metode Kritik Penafsiran

Objek : Museum Serangga
Lokasi : Taman Mini Indonesia Indah

Museum Serangga di Taman Mini "Indonesia Indah" memiliki luas gedung 500 m2. Peresmian dan
pembukaannya dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, yaitu Bapak Soeharto dalam 

rangka Hari Ulang Tahun ke-18 Taman Mini Indonesia Indah, tanggal 20 April 1993. Saat baru 
memasuki area museum, pengunjung akan disambut oleh gerbang Museum Serangga dan 
Taman Kupu yang bertengger baliho kupu-kupu sayap burung. Di depan pintu museum duduk 
patung kumbang tanduk raksasa dan sepasang daun pintu kacapatri bermotif kupu-kupu.




   Gambar 1. Gambar Patung Kumbang Tanduk Raksasa





   Gambar 2. Gambar Pintu Masuk Taman Kupu - Kupu





   Gambar 3. Gambar Pintu MasukBangunan yang Terbuat dari 

                      Kaca Patri yangBermotif Kupu - Kupu


Untuk ukuran sebuah museum, museum serangga di TMII ini memiliki ukuran yang kecil. tetapi
museum ini memiliki koleksi yang baik bagus dan terawat. Ruang pameran yang bersih, 
pencahayaan yang cukup baik, dan memiliki pendingin ruangan (meskipun pada saat saya
 berkunjung, hanya beberapa ruangan saja yang terasa sangat dingin). Permasalahannya
adalah tiket untuk mengunjungi museum serangga dengan museumair tawar dijadikan satu
sehingga cukup menjadikannya museum dengan tarif masuk yang agak sedikit mahal. 
  

  Gambar 4. Gambar Kumpulan Berbagai Jenis Serangga dari Nusantara 
   Gambar 5. Gambar Peta Kupu - Kupu Di Indonesia

Koleksi museum terdiri sekitar 600 jenis serangga, didominasi oleh kupu-kupu (sekitar 250 jenis) 

dan kumbang (sekitar 200 jenis). Koleksi lain mencakup belalang ranting dan belalang daun, 
capung dancapung jarum, jangkrik dan gangsir, kecoak, ngengat, orong-orong/anjing tanah,
kerabat tonggeret. Selain spesimen serangga awetan kering, museum menampilkan
koleksi serangga hidup yaitu belalang ranting dan belalang daun. Seluruh koleksi
dipamerkan dalam kotak kaca. Dengan pencahayaan dan penataan yang cukup baik.





   Gambar 6. Gambar Beberapa Koleksi Museum Serangga









   Gambar 7. Gambar Beberapa Pencahayaan yang Dimiliki Museum Serangga 



Secara keseluruhan museum ini memang cukup terawat dan bagus, hanya saja dalam penataan tata 
ruang ataupun interior dan keseluruhan bentuk bangunan terlihat monoton.


Sumber:
http://timoteomridhwan.blogspot.co.id/2015/11/kritik-arsitektur_15.html
http://riza300394.blogspot.co.id/2015/11/kritik-arsitektur.html
http://nuwlanuwla.blogspot.co.id/2013/02/kritik-rekaman-dari-tanggapan-terhadap.html

Kritik Arsitektur : Kritik Penafsiran

Kritik Arsitektur


Kritik merupakan rekaman dari tanggapan terhadap lingkungan buatan (built environment). Kritik meliputi semua tanggapan termasuk tanggapan negatif dan pada hakekatnya kritik bermaksud menyaring dan melakukan pemisahan. Ciri pokok kritik adalah pembedaan dan bukan penilaian (misalnya : reaksi penduduk terhadap rancangan pemukiman dilakukan dengan metode penyampaian tanggapan).

Metode kritik arsitektur terdiri dari :
  • Kritik Normatif; kritik ini berdasarkan pada pedoman baku normatif.
  •  Kritik Penafsiran atau Kritik Interpretif; kritik ini merupakan penafsiran dan bersifat pribadi.
  • Kritik Deskriptif; bersifat tidak menilai, tidak menafsirkan, semata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya ada, menjelaskan proses terjadinya perancangan bangunan.
Pada kesempatan kali ini saya hanya akan membahas salah satu metode dari kritik arsitektur, yaitu Kritik Interpretif atau bisa disebut Kritik Penafsiran pada bangunan Museum Serangga yang berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah.

Kritik Penafsiran

Hakikat Metode Kritik Penafsiran
  • Kritikus sebagai seorang interpreter atau pengamat yang sangat personal
  • Bentuk kritik cenderung subjektif namun tanpa ditunggangi oleh klaim doktin, 
  • klaim objektifitas melalui pengukuran yang terevaluasi
  • Mempengaruhi pandangan orang lain untuk bisa memandang sebagaimana yang kita lihat
  • Menyajikan satu perspektif baru atas satu objek atau satu cara baru memandang bangunan 
  • Melalui rasa artistiknya mempengaruhi pengamat merasakan sama sebagaimana yang ia alami
  • Membangun satu karya “bayangan” yang independen melalui bangunan sebagaimana miliknya
Di dalam metode kritik penafsiran ada 3 teknik yang digunakan yaitu :
     - Advocatory : Kritik ini tidak diposisikan sebagai bentuk penghakiman (judgement).
                           bentuk kritiknya lebih lebih kepada sekadar anjuran yang mencoba bekerja
                           dengan penjelasan lebih terperinci yang kadangkala juga banyak hal yang
                           terlupakan 

     - Evocative :   Kritik evokatif tidak dilihat dalam konteks benar atau salah tetapi makna yang
                           terungkap dan penglaman ruang yang dirasakan,  tidak perlu menyajikan
                           argumentasi rasional dalam menilai bangunan, Mendorong orang lain untuk turut
                           membangkitkan emosi yang serupa sebagaimana dirasakan kritikus.

     - Impressionistic

Metode Kritik Penafsiran

Objek : Museum Serangga
Lokasi : Taman Mini Indonesia Indah

Museum Serangga di Taman Mini "Indonesia Indah" memiliki luas gedung 500 m2. Peresmian dan
pembukaannya dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, yaitu Bapak Soeharto dalam 

rangka Hari Ulang Tahun ke-18 Taman Mini Indonesia Indah, tanggal 20 April 1993. Saat baru 
memasuki area museum, pengunjung akan disambut oleh gerbang Museum Serangga dan 
Taman Kupu yang bertengger baliho kupu-kupu sayap burung. Di depan pintu museum duduk 
patung kumbang tanduk raksasa dan sepasang daun pintu kacapatri bermotif kupu-kupu.




   Gambar 1. Gambar Patung Kumbang Tanduk Raksasa





   Gambar 2. Gambar Pintu Masuk Taman Kupu - Kupu





   Gambar 3. Gambar Pintu MasukBangunan yang Terbuat dari 

                      Kaca Patri yangBermotif Kupu - Kupu

Untuk ukuran sebuah museum, museum serangga di TMII ini memiliki ukuran yang kecil. tetapi
museum ini memiliki koleksi yang baik bagus dan terawat. Ruang pameran yang bersih, 
pencahayaan yang cukup baik, dan memiliki pendingin ruangan (meskipun pada saat saya
 berkunjung, hanya beberapa ruangan saja yang terasa sangat dingin). Permasalahannya
adalah tiket untuk mengunjungi museum serangga dengan museumair tawar dijadikan satu
sehingga cukup menjadikannya museum dengan tarif masuk yang agak sedikit mahal. 
  

  Gambar 4. Gambar Kumpulan Berbagai Jenis Serangga dari Nusantara 
   Gambar 5. Gambar Peta Kupu - Kupu Di Indonesia

Koleksi museum terdiri sekitar 600 jenis serangga, didominasi oleh kupu-kupu (sekitar 250 jenis) 

dan kumbang (sekitar 200 jenis). Koleksi lain mencakup belalang ranting dan belalang daun, 
capung dancapung jarum, jangkrik dan gangsir, kecoak, ngengat, orong-orong/anjing tanah,
kerabat tonggeret. Selain spesimen serangga awetan kering, museum menampilkan
koleksi serangga hidup yaitu belalang ranting dan belalang daun. Seluruh koleksi
dipamerkan dalam kotak kaca. Dengan pencahayaan dan penataan yang cukup baik.





   Gambar 6. Gambar Beberapa Koleksi Museum Serangga









   Gambar 7. Gambar Beberapa Pencahayaan yang Dimiliki Museum Serangga 



Secara keseluruhan museum ini memang cukup terawat dan bagus, hanya saja dalam penataan tata ruang ataupun
interior dan keseluruhan bentuk bangunan terlihat monoton.


Sumber:
http://timoteomridhwan.blogspot.co.id/2015/11/kritik-arsitektur_15.html
http://riza300394.blogspot.co.id/2015/11/kritik-arsitektur.html
http://nuwlanuwla.blogspot.co.id/2013/02/kritik-rekaman-dari-tanggapan-terhadap.html

Tuesday, 29 March 2016

Deskripsi Korea Selatan & Cheonggyecheon Stream





Motto                                                   : Hongik Ingan (Berilah manfaat untuk seluruh umat manusia)
Lagu kebangsaan                             : 애국가 (Aegukga)

Ibu kota                                              :               Seoul
Bahasa resmi                                     :               Korea
Pemerintahan                                    :               Republik presidensial
 -             Presiden                              :               Park Geun-hye
 -             Perdana Menteri                :               Hwang Kyo-ahn
Legislatif                                            :               국회Gukhoe
Pendirian
 -             Kerajaan Goryeo                :               918–1392 M
 -             Kerajaan Joseon                 :               17 Juli 1392
 -             Kekaisaran Korea               :               13 Oktober 1897
 -             Pemerintahan sementara   :           13 April 1919
 -             Republik Korea                 :               15 Agustus 1948
Luas
 -             Total                                     :               100.210 km2
 -             Perairan (%)                        :               0,3
Penduduk
 -             Perkiraan 2015                   :               51.448.183
 -             Kepadatan                           :               503/km2
PDB (KKB)           Perkiraan 2015
 -             Total                                      :               $1.854 triliun
 -             Per kapita                             :               $36.601
PDB (nominal)   Perkiraan 2015
 -             Total                                      :               $1.435 triliun
 -             Per kapita                             :               $28.338 (28th)
Mata uang                                           :               Won Korea Selatan (₩) (KRW)
Zona waktu                                         :               Waktu Standar Korea (KST) (UTC+9)


Republik Korea (bahasa Korea: Daehan Minguk (Hangul: 대한민국; Hanja: 大韓民國); bahasa Inggris: Republic of Korea/ROK) atau biasa dikenal sebagai Korea Selatan atau Korsel adalah sebuah negara di Asia Timur yang meliputi bagian selatan Semenanjung Korea. Di sebelah utara, Republik Korea berbataskan Korea Utara, di mana keduanya bersatu sebagai sebuah negara hingga tahun 1948. Laut Kuning di sebelah barat, Jepang berada di seberang Laut Jepang (disebut "Laut Timur" oleh orang-orang Korea) dan Selat Korea berada di bagian tenggara. Negara ini dikenal dengan nama Hanguk (한국; 韓國). oleh penduduk Korea Selatan dan disebut Namchosŏn (남조선; 南朝鮮; "Chosŏn Selatan") di Korea Utara. Ibu kota Korea Selatan adalah Seoul (서울).


AA.   Sejarah


Korea dimulai dengan pembentukan Joseon (atau lebih sering disebut dengan Gojoseon untuk menhindari persamaan nama dengan Dinasti Joseon pada abad ke 14) pada 2333 SM oleh Dangun. Gojoseon berkembang hingga bagian utara Korea dan Manchuria. Setelah beberapa kali berperang dengan Dinasti Han Gojoseon mulai berdisintegrasi.
Dinasti Buyeo, Okjeo, Dongye dan konfederasi Samhan menduduki Semenanjung Korea dan Manchuria Selatan. Goguryeo, Baekje, and Silla berkembang mengatur Tanjung Korea yang dikenal dengan Tiga Kerajaan Korea. Untuk pertama kalinya Semenanjung Korea berhasil disatukan oleh Silla pada tahun 676 menjadi Silla Bersatu. Para pelarian Goguryeo yang selamat mendirikan sebuah kerajaan lain di sisi timur laut semenanjung Korea, yakni Balhae. Hubungan antara Korea dan China berjalan dengan baik pada masa Dinasti Silla. Kerajaan ini runtuh akibat adanya kerusuhan dan konflik yang terjadi di dalam negeri pada abad ke 10, Kerajaan Silla jatuh dan menyerah kepada dinasti Goryeo pada tahun 935.
Silla Bersatu akhirnya runtuh di akhir abad ke-9, yang juga mengakhiri masa kekuasaan Tiga Kerajaan. Kerajaan yang baru, Goryeo, mulai mendominasi Semenanjung Korea. Kerajaan Balhae runtuh tahun 926 karena serangan bangsa Khitan dan sebagian besar penduduk serta pemimpinnya, Dae Gwang hyun, mengungsi ke Dinasti Goryeo. Tahun 993 sampai 1019 suku Khitan dari Dinasti Liao meyerbu Goryeo, tapi berhasil dipukul mundur. Kemudian pada tahun 1238, Goryeo kembali diserbu pasukan Mongol dan setelah mengalami perang hampir 30 tahun, dua pihak akhirnya melakukan perjanjian damai.
Pada tahun 1392, Taejo dari Joseon mendirikan Dinasti Joseon setelah menumbangkan Goryeo. Raja Sejong (1418-1450) mengumumkan penciptaan abjad Hangeul. Antara 1592-1598, dalam Perang Imjin, Jepang menginvasi Semenanjung Korea, tapi dapat dipatahkan oleh prajurit pimpinan Admiral Yi Sun-shin. Lalu pada tahun 1620-an sampai 1630-an Dinasti Joseon kembali menderita serangan dari (Dinasti Qing).
Pada awal tahun 1870-an, Jepang kembali berusaha merebut Korea yang berada dalam pengaruh Cina. Pada tahun 1895, Maharani Myeongseong dibunuh oleh mata-mata Jepang. Pada tahun 1905, Jepang memaksa Korea untuk menandatangani Perjanjian Eulsa yang menjadikan Korea sebagai protektorat Jepang dan pada 1910 Jepang mulai menjajah Korea. Perjuangan rakyat Korea terhadap penjajahan Jepang dimanifestasikan dalam Pergerakan 1 Maret dengan tanpa kekerasan. Pergerakan kemerdekaan Korea yang dilakukan Pemerintahan Provisional Republik Korea lebih banyak aktif di luar Korea seperti di Manchuria, Cina dan Siberia.
Dengan menyerahnya Jepang pada tahun 1945, PBB membuat rencana administrasi bersama Uni Soviet dan Amerika Serikat, namun rencana tersebut tidak terlaksana. Pada tahun 1948, pemerintahan baru terbentuk: Korea demokratik (Korea Selatan) dan komunis (Korea Utara) yang dibagi oleh garis lintang 38 derajat. Pada 1950, Korea Utara menginvasi Korea Selatan yang dikenal dengan nama Perang Korea.

BB.   Pemerintahan


Korea Selatan adalah negara republik. Seperti pada negara-negara demokrasi lainnya, Korea Selatan membagi pemerintahannya dalam tiga bagian: eksekutif, yudikatif dan legislatif. Lembaga eksekutif dipegang oleh presiden yang dipilih berdasarkan hasil pemilu untuk masa jabatan 5 tahun dan dibantu oleh Perdana Menteri yang ditunjuk oleh presiden dengan persetujuan Majelis Nasional . Presiden bertindak sebagai kepala negara dan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan.

CC.    Geografi Dan Iklim


Luas Korea Selatan adalah 99.274 km2, lebih kecil dibanding Korea Utara. Keadaan topografinya sebagian besar berbukit dan tidak rata. Pegunungan di wilayah timur umumnya menjadi hulu sungai-sungai besar, seperti sungai Han dan sungai Naktong. Sementara wilayah barat merupakan bagian rendah yang terdiri dari daratan pantai yang berlumpur. Di wilayah barat dan selatan yang terdapat banyak teluk terdapat banyak pelabuhan yang baik seperti Incheon, Yeosu, Gimhae, dan Busan.
Iklim Korea selatan dipengaruhi oleh iklim dari daratan Asia dan memiliki 4 musim

DD.  Transportasi


Transportasi di Korea Selatan terdiri dari kereta api, bus, kapal ferry dan penerbangan udara. Jalur kereta api terdiri dari subway yang berada di enam kota: Seoul, Busan, Daegu, Gwangju, Daejon dan Incheon. Operator kereta api Korail menyediakan pelayanan kereta api hampir keseluruh kota besar di Korea Selatan.

Cheonggyecheon Stream

Aliran Cheonggyecheon  berawal dari wilayah lereng gunung Inwangsan dan Bugaksan bagian selatan dan dari bagian utara  Gunung Namsan menuju ke arah timur sepanjang 8,14 km melintasi Seoul dan bermuara di Sungai Hangang. Di masa lalu, Cheonggyecheon mempunyai arti penting bagi Seoul dalam aspek geografi, politik, sosial dan budaya. Pada masa dinasti Joseon, wilayah sebelah utara stream ini merupakan wilayah tempat tinggal bagi kaum bangsawan dan kantor pemerintahan dan wilayah sebelah selatan diperuntukkan bagi rakyat biasa dan para cendekiawan dengan status ekonomi kelas bawah. Kawasan di pinggiran Cheonggyecheon dijadikan tempat tinggal bagi rakyat biasa. Mereka membangun tempat tinggal di pinggiran sepanjang Cheonggyecheon hingga kelamaan menjadi permukiman dengan kepadatan tinggi. Aktifitas mandi, mencuci dan membuang sampah di Cheonggyecheon stream merupakan bagian dari kehidupan penduduk yang tinggal di sepanjang aliran ini. Selain itu terdapat beberapa jembatan yang dibangun melintasi Cheonggyecheon dan para pedagang biasanya beraktifitas di seputar jembatan-jembatan tersebut.
pada tahun 1978, pemerintah setempat membuat kebijakan yang dipandang sebagai solusi terbaik untuk permasalahan Cheonggyecheon adalah “filling” yaitu membangun jembatan layang (Cheonggye Overpass) di atas Cheonggyecheon sehingga tidak tampak dari pandangan. Selain itu kebijakan ini dipandang tepat untuk mengatasi peningkatan arus lalu lintas dan juga sebagai simbol modernisasi Korea. Selama 25 tahun, Cheonggyecheon seolah menghilang dari bagian kehidupan Seoul, tertutup oleh dua lapis jalan kokoh yang dibangun diatasnya, namun kenyataannya air masih tetap mengalir sepanjang Cheonggyecheon  menuju Sungai Hangang walau tidak terlihat.



Tahun 2003, pemerintah setempat memulai Cheonggyecheon Restoration Project, suatu proyek yang bertujuan mengembalikan Cheonggyecheon sebagai bagian dari sejarah kehidupan dan budaya Seoul. Proyek ini juga bertujuan untuk mewujudkan Seoul sebagai kota ramah lingkungan dengan menselaraskan alam dan manusia, menciptakan keseimbangan pembangunan di wilayah utara dan selatan Hangang River dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas budaya dan ekonomi kehidupan masyarakat Seoul. Cheonggye overpass yang menutupi Cheonggyecheon stream dirubuhkan dan sepanjang aliran dibersihkan ditata dengan design yang menarik. Penyelesaian proyek ini memerlukan waktu dua tahun tiga bulan dimulai bulan Juli 2003 sampai bulan Oktober 2005.



Sumber: Wikipedia & Google